Minggu, 29 November 2009

Analisis Sulfadiazin

Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti (lawan) dan Bios (hidup). Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusisa.

Salah satu golongan antibiotik yang digunakan secara umum adalah golongan sulfonamida yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.

Golongan sulfonamida seperti sulfadiazin kemudian terdesak oleh antibiotik yang baru. Akan tetapi pertengan tahun 1970 penemuan kegunaan sediaan kombinasi trimetoprin dan sulfametaksazol meningkatkan penggunaan sulfonamida untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu.

Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Penggunaan Antibiotika

Harus mempertimbangkan faktor-faktor :

a. Gambaran klinis adanya infeksi yang diderita

b. Faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotik

c. Fungsi ginjal dan hati pasien

d. Biaya pengobatan

Antibiotika Kombinasi diberikan apabila pasien :

a. Pengobatan infeksi campuran

b .Pengobatan pada infeksi berat yang belum jelas penyebabnya

c. Efek sinergis

d. Memperlambat resistensi

Mekanisme Kerja Antibiotika yang bekerja pada sel tubuh manusia terdiri dari Menekan sintesis protein (Misal : kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, linkomisin). Bekerja pada dinding sel (Misal : Penisilin, sefalosporin, sikloserin, basitrasin & vankomisin).Bekerja pada membran sel (Misal : Polimiksin)

Berdasarkan kemampuannya membunuh mikroba Antibiotik dibagi menjadi dua yaitu ; Bersifat bakterisid (Misal : penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, polipeptida). Bersifat bakteriostatik (Misal : tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, golonagn sulfonamida) Aktivitas dari antibiotika dinyatakan dalam mg. Kecuali zat yang belum dapat diperoleh 100% murni dan terdiri dari beberapa campuran zat (misal Nistatin,polimiksin B, basitrasi IU (International Unit)).

Penggolongan Antibiotika

1. Penisilin

2. Sefalosporin

3. Aminoglikosida

4. Tetrasiklin

5. Golongan Sulfanilamida

6. Kuinolon

7. Makrolida

8. Linkomisin

9. Polipeptida

10. Kloramfenikol

11. Antibiotik lainnya

Adapun struktur kimia dari sulfadiazine seperti berikut :







Dari struktur diatas secara kuantitatif dapat digunakan beberapa metode berdasarkan gugus fungsinya. Pertama dapat dilakukan metode diazotasi karena adanya gugus amin primer bebas, metode titrasi asam basa karena dari struktur diatas sulfadiazine merupakan basa lemah dengan adanya gugus - SO2, Metode bromometri karena adanya inti benzene dan metode argentometri karena dapat membentuk garam perak yang sukar larut.

Akan tetapi sebelum dilakukan uji kuantitatif dilakukan uji kualitatif (identifikasi)

ANALISIS KUALITATIF SULFONAMIDA

A. Reaksi Umum sulfonamida

1. Reaksi korek api

Zat ditambahkan HCl encer, kemudian ke dalamnya dicelupkan batang korek api, timbul warna jingga intensif-kuning jingga.

2. Reaksi diazo

Zat (±10mg) dalam 2 tetes HCl 2 A lalu ditambah dengan 1 ml air. Pada larutan ini ditambahkan 2 tetes diazo B (larutan 0,9% NaNO2) dan teteskan larutan 0.1 g β-naftol dalam 2 ml NaOH terbentuk warna jingga lalu merah darah.

3. Reaksi erlich (ρ-DAB HCl)

Sedikit zat padat pada pelat tetes lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi DAB HCl terbentuk warna kuning-jingga.

B. Reaksi spesifik Sulfadiazin

1. Reaksi vanillin

Di atas kaca objek 1 tetes H2SO4 p ditambahkan beberapa serbuk vanillin, setelah dicampur ditambah dengan zat, dipanaskan di atas nyala api kecil, warna dilihat di atas dasar putih. sulfadiazin tidak akan memberikan reaksi dengan vanilin

2. Reaksi dengan CUSO4

Zat dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu ditambah NaOH 2 tetes. Setelah dingin ditambah larutan CuSO4 1 tetes kemudian teteskan HCl encer sampai reaksi netrasl atau asam lemah dan jika positif sulfadiazine membentuk warna ungu

3. Reasi indofenol

Sebanyak 50-100 mg zat dilarutkan dalam 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu ditambah 2 tetes NaOH dan 2 ml larutan NaOCl atau kaporit kemudian ditambahkan 1 tetes fenol. Dan jika positif mengandung sulfadiazin membentuk warna merah tua

4. Reaksi Roux

Zat diletakkan di atas plat tetes kemudian ditambahkan 1 tetes pereaksi Roux, aduk dengan batang pengaduk. Dan jika positif mengandung

Sulfadiazin membentuk warna ungu - hijau biru

5. Reaksi denagn KBrO3

Di atas plat tetes, lebih kurang 10 mg zat ditambahkan 1 ml H2SO4 encer kemudian ditambah 1 tetes pereaksi KBrO3 jenuh. Dan jika positif mengandung sulfadiazine membentuk warna kuning jingga - coklat merah

6. Reaksi Kristal dengan aseton

Serbuk sampel ditetesi aseton di atas objek gelas akan membentuk Kristal yang bentuknya berbeda-beda.

7. Reaksi Parri

Serbuk sulfadiazin dilarutkan dalam alkohol, ditetesi pereaksi Parri dan ammonia akan membentuk warna ungu untuk sulfadiazin.

8. Analisa kualitatif dengan TLC

Alat dan bahan :

Sampel murni senyawa obat, plat silica gel F254 ukuran 20 X 20 yang telah dicuci denag air dan diaktivasi pada suhu 110°C selama 1 jam, garam-garam logam, pelarut dan pereaksi lainnya denagn grade analisis.

standar ;

10 mg senyawa murni dilarutkan dalam 1 ml pelarut (10% larutan ammonia pekat dalam aseton)

Sistem pelarut

Campuran etil asetat (90 ml), methanol (10 ml), digunakan untuk menjenuhkan chamber kromatografi (21 cm X 21 cm X 10 cm) dan untuk mengelusi plat. pelarut ini dibuat segar untuk tiap kali penggunaan.

Pereaksi :

Berikut adalah pereaksi yang dibuat segar untuk digunakan (I) larutan jenuh kupri asetat dalam methanol, (II) larutan jenuh cupri asetat dalam aseton, (III) larutan cupri sulfat 5 % dalam air, (IV) larutan kobalt nitrat 2% dalam air, (V) larutan serium sulfat 2% dalam air dengan 5 ml asam sulfat pekat, dan (IV) larutan nikel klorida 2% dalam air.

Metode :

1 µL contoh sulfadiazin ditotolkan pada plat TLC dan dikeringkan, kemudian dielusi dengan fase gerak. Penampakan dengan pereaksi larutan cupri sulfat dalam air jika plat disemprot dengan larutan NaOH 0,1N dan dikeringkan setelah diberi perlakuan dengan pereaksi.

2. ANALISA KUANTITATIF SULFONAMIDA

1. Metode Diazotasi

Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam diazonium. Metode ini hampir digunakan terhadap sulfadiazin dan senyawa lain yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis primer.

Prosedur kerja :

Untuk analisa kuantitatif, sampel dilarutkan dalam asam mineral berlebih kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium nitrit. Titik akhir titrasi dapat ditunjukkan dengan :

- indikator dalam, terdiri dari campuran 5 tetes larutan tropeolin 00 0,1% dalam air dan 3 tetes larutan metilen biru 0,1% dalam air

- indikator luar yaitu pasta kanji-iodida

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl








R NH2 + HNO2 R N Ξ N Cl + 2H2O

2. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)

Metode titrasi bebas air digunakan pada sulfadiazin berdasarkan pada sifat asam dari gugus - SO2 - NH - sehingga dapat dititrasi sebagai basa. Pelarut yang dapat digunakan adalah alcohol, aseton, dimetil formamida dan butyl amin sedangkan sebagai titran digunakan larutan basa dalam air atau larutan Na metoksida. Prosedur kerja lebih kurang 250 mg contoh sulfadiazin yang ditimbang seksama dilarutkan dalam aseton netral, tambahkan 10 tetes campuran (0,025 bagian biru timol dan 0,075) bagian merah fenol yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air). Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.

3. Metode Bromometri

Metode bromometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfadiazin dimana brom akan mensubstitusi sulfadiazine pada inti benzen. reaksi umum yang terjadi adalah sebagai berikut :

Br

H2N SO2 NH R + 2Br2 H2N SO2 NH R

Br

* Titrasi langsung

Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5 g kalium bromide dan asam klorida pakat. Setelah itu dititrasi dengan larutan baku kalium bromat 0,1 N menggunakan indikator metal merah. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah.

* Titrasi tidak langsung

Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5 g kalium bromide dan asam klorida pekat. Setelah itu ditambahkan 50 ml larutan baku kalium bromat 0.1 N hingga timbul warna kuning. Tambahkan segera 1 g kalium iodide lalu dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator kanji.

4. Metode Argentometri

Titrasi argentometri adalah fitrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Sulfadiazin membentuk garam perak yang tidak larut dalam suasana basa.

Prosedur kerja :

Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam sedikit natrium hidroksida 0,1 N (sampai warna biru lemah dengan indikator timoftalein) dan encerkan dengan 50 ml air. Hilangkan warna biru tersebut dengan beberapa tetes asam sulfat 0,1 N. tambahkan 25 ml larutan perak nitrat baku 0,1 N. Setelah didiamkan di tempat gelap, endapan disaring. Asamkan filtrate dengan asam nitrat dan kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N dengan indikator besi (III) ammonium sulfat.

Khasiat dari sulfadiazin

Secara universal golongan sulfonamide seperti sulfadiazine dikenal sebagai antibiotik. Sulfadiazin menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur termasuk spesies yang telah resisten terhadap sulfonamide khususnya Ag-sulfadiazin. Ag-sulfadiazin juga digunakan untuk mengurang jumlah koloni mikroba dan mencegah infeksi luka bakar akan tetapi tidak dianjurkan untuk pengobatan luka yang besar dan dalam.

Mekanisme kerja umum dari sulfadiazine sebagai antibakteri adalah protozoa dengan menbentuk kompleks Zn(II) - sulfadiazin dimana sulfadiazin terkoordinasi secara bidentat terhadap atom pusat Zn2+ melalui atom NH sekunder dan N tersier.

Mekanisme kerja dari obat Ag-sulfadiazin yaitu Ag dilepaskan secara perlahan - lahan sampai mencapai kadar toksik yang selektif terhadap mikroba. Ag hanya sedikit diserap tetapi sulfadiazine dapat mencapai kadar terapi bila permukaan yang diolesi cukup luas. Umumnya sulfadaiazin tersedia dalam bentuk krem

Sulfadiazin juga berkhasiat terhadap disentri basiler, bahkan lebih efektif dibandingkan dengan kloramfenikol dan tetrasiklin. Sulfadiazin merupakan obat pilihan kedua untuk infeks saluran kemih. daya larutnya dalam kemih agak buruk (sering menyebabkan kristaluria) sehingga perlu diberikan Natrium bikarbonat 3 kali sehari 3 - 4 g dan minum air lebih kurang 1,5 liter sehari.

Efek samping

Walaupun jarang terjadi, efek sampingnya dapat berupa rasa terbakar, gatal dan erupsi kulit. Adapun gangguan lainnya yaitu nausea, gangguan lambung, menurunkan nafsu makan dan menimbulkan rasa pusing.

Penggunaan

Sulfadiazin digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dengan jalan menghentikan proses produksi asam folat pada sel mikroorganisme. Akan tetapi pada umumnya digunakan untuk penyakit infeksi pada saluran urin.

Sulfadiazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Sulfadiazin merupakan turunan dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur

.

Kesimpulan

Sulfadiazin merupakan turunan dari sulfonamida yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur.

Dari struktur sulfadiazin secara kuantitatif dapat digunakan beberapa metode berdasarkan gugus fungsinya,

1. Metode diazotasi Dapat dilakukan karena adanya gugus amin primer bebas,

2. Metode titrasi asam basa karena dari struktur diatas sulfadiazin merupakan basa lemah dengan adanya gugus - SO2,

3. Metode bromometri karena adanya inti benzene dan

4. Metode argentometri karena dapat membentuk garam perak yang sukar larut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2000. Obat - Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Kompotindo

2. Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakoloi dan Terapi, edisi V. Jakarta : FK UI

3. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia adisi IV .Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia

4. Vogel .1985. Vogel’ Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro edisi V. Diterjamahkan oleh Setiono dan Pudaatmaka. PT Kalman Media Pustaka, Jakarta

5. Day, R. A dan Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V, diterjamahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjatmaka, Erlangga : Jakarta

6. http / www. google.com/ sulfadiazine

7. http / www. google.com/ efek sulfadiazine

Minggu, 12 April 2009

Tablet Bukal/Sublingual

TABLET BUKAL

Definisi
• Tablet Bukal adalah tablet kempa biasa yang berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan). (http://id.wordpress.com)
• Tablet bukal bentuknya kecil, pipih yang ditempatkan di kantong bukal di antara pipi dan gusi. Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa melewati saluran gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang bisa dihancurkan oleh saluran gastrointestinal. Tetapi, hanya sedikit obat yang dapat diabsorpsi dari oral sulci. Pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat dan hormone-hormon steroid. (Parrot, E.L. Solid Dosage Form. In : Sprowl, J.B., editor. Prescription Pharmacy.2nd ed. J.B Lippincott Company.Philadelpia.1980.hal.135).
• Tablet ini bentuknya kecil, pipih, dan ovalyang dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal yang melarut atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras. Tablet Progesteron diberikan melalui jalur ini. (Rudnic, Edward and Schwartz, J.B. Oral Solid Dosage Form. In : Gennaro, A.R. Remington’s Pharmaceutical Science. 18th ed. Mack Publishing Company. Easton,Pennsylvania.1990. hal. 1634).







SEDIAAN BUKAL
Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang dikombinasikan dengan bahan tambahan, dimana bahan tambahan yang penting terdiri atas sorbitol dan lubrikan. Tablet ini memberikan “drug delivery” yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat dibandingkan dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian melalui bukal sebagian berguna untuk bahan aktif yang menunjukkan bioavailabilitas yang rendah selama pemberian non parenteral. Availabilitas yang rendah dapat menyebabkan kelarutan yang rendah, degradasi oleh enzim atau dirusak oleh asam selama melewati saluran pencernaan, atau first-pass destruction oleh hati setelah absorpsi dari saluran pencernaan. Contoh obatnya yaitu : steroid, seperti estrogen,misalnya estradiol, dan turunannya seperti esternya, misalnya valerat, cypionat dan propionat, progestins, misalnya, progesteron dan senyawa yang berhubungan, androgen dan steroid anabolik; propranolol; hormon-hormon tiroid; sensitif-pH dan protein-protein kecil seperti insulin and ACTH; fisostigmine; skopolamin; verapamil; dan gallopamil. Juga memungkinkan untuk memberikan senyawa-senyawa yang mempunyai bioavailabilitas yang baik secara bukal, tetapi pada umumnya obat-obat tersebut akan diberikan secara ora untuk kenyamaan.
Pemberian estradiol secara bukal memberikan puncak level darah yang diikuti penurunan konsentrasinya. Ini adalah jalur alami yang dialami oleh estradiol dalam tubuh, dan oleh karena itu peningkatan melalui pemberian secara transdermal, secara relatif akan memberikan level darah yang konstan. Pemaberian estrogen secara oral seperti estradiol tidak praktis karena akan mengalami penghancuran di hati tidak lama setelah diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Perlu bagi formulasi bukal untuk kontak dengan mukosa oral untuk waktu yang cukup agar obat bisa diabsorpsi. Jika formulasinya “falls apart” terlalu cepat, bahan aktif akan tertelan, sehingga obat yang sampai tidak cukup, tetapi jika formulasinya tidak “falls apart” dengan cukup cepat maka pasien akan kesulitan, karena pasien tidak dapat makan atau minum selama menggunakan sediaan bukal. Formulasi bukal sebaiknya mempunyai ukuran yang kecil untuk menghindari ketidaknyamanan pasien, dan diinginkan formulasi sebisa mungkin larut dalam saliva sehingga ketidaknyamanan dari partikel berpasir yang tidak larut di mulut dapat dihindari.
Komposisi tablet bukal untuk pemberian obat mengandung bahan-bahan penting: kira-kira 1 sampai 20% dari berat bahan terlarut, polimer adesif yang dapat diterima secara farmasetikal; bahan tambahan tablet yang dapat dikompresi secara langsung; dan sejumlah bahan obat yang berguna secara terapi. Komposisi tablet bukal misalnya bisa mengandung kira-kira sampai 10 % (kira-kira 1-10%) penghancur yang dapat diterima secara farmasetika.
Komposisi tablet bukal untuk pemberian estrogen, mengandung kira-kira 2-10% bahan adesif polimer, seperti carbomer 934 P; dan penghancur tablet sampai kira-kira 6%, seperti crospovidon; gula yang dapat dikompresi dan kira-kira 50 mikrogram sampai 2 g estradiol. Formulasi bukal dapat mengandung bahan-bahan incidental, seperti lubrikan, bahan pewarna dan bahan pengaroma.
Bahan adesif polimer yang dapat diterima secara farmasetikal digunakan untuk memberikan sifat basah untuk formulasi bukal sehingga sediaannya dapat tetap pada tempatnya selama pemberian. Sejumlah bahan adesif dalam formulasi kira-kira 1-20%, tetapi lebih dipilih 2-10%. Penggunaannya yang kurang dari 1% bisa menghasilkan sifat adesif yang tidak cukup atau formulasi yang “falling apart” yang terlalu cepat, sebaliknya jika berlebihan menyebabkan formulasi tersebut tinggal lebih lama daripada yang diinginkan. Bahan adesif akan lengket ketika lembab tetapi tidak ketika kering, untuk kenyamanan pada saat penanganan. Sejumlah bahan adesif dapat digunakan secara umum untuk meningkatkan kelarutan dari bahan aktif.
Salah satu kelompok bahan adesif polimer yang ber-BM tinggi dari asam akrilat dikenal dengan karbomer. Berat molekulnya 450,000 sampai 4,000,000 berguna, terutama dengan BM 3,000,000 (misalnya carbomer 934 P.). Bahan adesif ini digunakan dalam jumlah kecil untuk memberikan karakteristik adesif yang diinginkan pada formulasi, yang berguna karena jumlah bahan adesif yang besar dapat menghalangi disolusi dari bahan aktif. Polimer hidrofilik lain yang bisa digunakan adalah polimer hidrofilik yang mengandung sebagian (87-89%) polivinilalkohol terhidrolasi ( BM 10,000 sampai 125,000, lebih dipilih 11,000 to 31,000), polietilen oxida (mBM kira-kira 100,000 sampai 5,000,000, lebih dipilih BM 400,000) dan poliakrilat. Hidroksipropil metilselulosa yang mempunyai BM 13,000 sampai 140,000 dan hidroksipropil selulosa yang mempunyai BM 60,000 sampai 1,000,000 juga merupakan bahan adesif yang berguna. Istilah “soluble” digunakan sebagai indikasi bahwa bahannya larut dalam air atau saliva.
Selama pemberian sediaan, bahan adesif di tempat itu berbentuk seperti gel yang perlahan-lahan memisah. Penggunaan sejumlah disintegran yang dapat diterima secara farmasetikal yang tertelan selama pemberian, menyebabkan lebih banyak pemaparan formulasi pada saliva, dapat membantu pemisahan dan menyebabkan formulasi memisah secara perlahan-lahan. Jumlah disintegran dalam fprmulasi sampai 10%, misalnya 3-6%. Meskipun demikian, jmlah disintegran yang berlebihan bisa memperlambat penghancuran, seperti pada formulasi dari gel yang tidak larut, dan membantudisolusi dari formulasi. Beberapa formulasi dari tipe ini bisa menunjukkan disintegrasi yang lebih cepat jika disintegran yang digunakan kurang dari 3%, misalnya 2,5% atau bahkan 1% atau kurang, terutama jika disintegran tidak terbasahkan oleh air atau larut sebagian dalam air; seperti disintegran dengan menghambat pemasukan air ke dalam komposisi tablet yang dapat memperlambat penghancuran dan disolusinya. Pemilihan jumlah disintegran yang tepat dilakukan dengan trial dan error. BEberapa formulasi tidak mengandung disintegran sama sekali atau mengandung persentase disintegran yang sangat kecil, misalnya 0.05% atau 0.1% sampai 0.9%.
Salah satu disintegran adalah bahan crospovidon yang merupakan produk silang dari polivinil-5- pirolidon. Bahan disintegran lain meliputi Ac-di-sol, asam alginate dan pati Na-karboksimetil.
Formulasinya juga meliputi bahan tambahan tablet yang larut, yang dapat dikompresi secara langsung seperti gula. Salah satu bahan tambahan tablet adalah co-kristalisasi dari sukrosa 97% dan dekstrin termodifikasi 3%. Selain itu, juga biasa digunakan laktosa.
Bahan lain yang digunakan meliputi lubrikan, bahan pewarna dan bahan pengaroma. Lubrikan mungkin tidak larut dalam air, misalnya magnesium stearat atau oleat, jumlahnya sampai 3%, lebih dipakai 0,3 sampai 1,5%. Meskipun demikian, lubrikan yang dipilih adalah yang larut dalam air, misalnya Na lauril sulfat, jumlahnya sampai 3%, dipilih 0,3-1,5%. Campuran lubrikan yang larut dan tidak larut dalam air dapat digunakan. Lubrikan yang larut bisa memperpendek waktu disintegrasi dan disolusi, terutama untuk bahan obat yang larut dalam air, sedangkan lubrikan yang tidak larut bisa memperpanjang.
Jumlah bahan aktif akan bervariasi tergantung pada dosis yang diinginkan untuk pengobatan. Estradiol, ketika digunakan sebagai bahan aktif, jumlahnya kira-kira 50 mikrogram sampai 2 mg.
Formulasi dapat disiapkan dengan pencampuran sederhana dan mengkompresi jumlah campuran yang dinginkan ke dalam bentuk tablet. Sediaan akhir yang diinginkan mempunyai diameter kira-kira 0.635 cm (kira-kira ¼ inci) dan ketebalan kira-kira 0.127 cm (kira-kira 0.05 inci), dan penghancuran selama pemberian kira-kira 2-20 menit, lebih dipilih 4-12 menit.
CONTOH 1
Bahan-bahan berikut dimasukkan dalam blender-V dan diaduk sampai 10 menit.
Jumlah bahan dalam %:
0.2 Estradiol, USP 2.0 g 98.8 Sorbitol N.F. 988.0 g 1.0 Sodium Dodecyl 10.0 g Sulfate 100.00

Tablet ditimbang kira-kira 0.05 gram/tablet dibentuk menggunakan tekanan kompresi kira-kira 100 PSI. Hasil batchnya kira-kira 20,000 tablet yang penghancurannya pada saat pemberian kira-kira 1 menit. Tablet memiliki diameter kira-kira ¼ inci.
CONTOH2

Menggunakan prosedur yang digambarkan pada contoh 1,tablet bukal disiapkan menggunakan bahan tambahan yang digambarkan Tabel 1. Setiap pengoperasian mesin tablet menggunakan tekanan kompresi 500, 1000 atau 2000 psi. Hasil disintegrasi in vitro mengindikasikan bahwa setiap formulasi menghasilkan tablet bukal yang melarut kira-kira 1 menit. Jumlah sorbitol harus dikurangi untuk membolehkan penambahan bahan aktif. Sebagai contoh, jumlah estradiol 0,2% sehingga jumlah sorbitol akan dikurangi 0,2%. Jika digunakan bahan aktif yang berbeda, misalnya skopolamin, maka sorbitol dikurangi.

TABEL 1 ______________________________________
Sorbitol, Sodium Dodecyl Stearate N.F. (% w/w), Magnesium Sulfate (% w/w) ______________________________________ 98.0 0 2.0 ;97.0 0 3.0; 98.8 0.2 1.0; 97.8 0.2 2.0; 96.8 0.2 3.0; 98.5 0.5 1.0; 97.5 0.5 2.0; 96.5 0.5 3.0 ______________________________________

CONTOH3

Sorbitol spray-dried sebagai pengganti sorbitol N.F. dalam formulasi mengandung bahan tambahan yang digambarkan di bawah ini di Tabel 2 dan menggunakan prosedur pada contoh 1 untuk menghasilkan tablet bukal yang melarut kira-kira dalam 1 menit.
TABEL2 __________________________________________________________________________ Spray Dried Sorbitol (% w/w) Magnesium Stearate (% w/w) Sodium Dodecyl Sulfate (% __________________________________________________________________________ w/w) 96.8 0.2 3.0; 97.5 0.5 2.0 __________________________________________________________________________
(www.wipo.int)