Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti (lawan) dan Bios (hidup). Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusisa.
Salah satu golongan antibiotik yang digunakan secara umum adalah golongan sulfonamida yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.
Golongan sulfonamida seperti sulfadiazin kemudian terdesak oleh antibiotik yang baru. Akan tetapi pertengan tahun 1970 penemuan kegunaan sediaan kombinasi trimetoprin dan sulfametaksazol meningkatkan penggunaan sulfonamida untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu.
Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Penggunaan Antibiotika
Harus mempertimbangkan faktor-faktor :
a. Gambaran klinis adanya infeksi yang diderita
b. Faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotik
c. Fungsi ginjal dan hati pasien
d. Biaya pengobatan
Antibiotika Kombinasi diberikan apabila pasien :
a. Pengobatan infeksi campuran
b .Pengobatan pada infeksi berat yang belum jelas penyebabnya
c. Efek sinergis
d. Memperlambat resistensi
Mekanisme Kerja Antibiotika yang bekerja pada sel tubuh manusia terdiri dari Menekan sintesis protein (Misal : kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, linkomisin). Bekerja pada dinding sel (Misal : Penisilin, sefalosporin, sikloserin, basitrasin & vankomisin).Bekerja pada membran sel (Misal : Polimiksin)
Berdasarkan kemampuannya membunuh mikroba Antibiotik dibagi menjadi dua yaitu ; Bersifat bakterisid (Misal : penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, polipeptida). Bersifat bakteriostatik (Misal : tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, golonagn sulfonamida) Aktivitas dari antibiotika dinyatakan dalam mg. Kecuali zat yang belum dapat diperoleh 100% murni dan terdiri dari beberapa campuran zat (misal Nistatin,polimiksin B, basitrasi IU (International Unit)).
Penggolongan Antibiotika
1. Penisilin
2. Sefalosporin
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
5. Golongan Sulfanilamida
6. Kuinolon
7. Makrolida
8. Linkomisin
9. Polipeptida
10. Kloramfenikol
11. Antibiotik lainnya
Adapun struktur kimia dari sulfadiazine seperti berikut :
Dari struktur diatas secara kuantitatif dapat digunakan beberapa metode berdasarkan gugus fungsinya. Pertama dapat dilakukan metode diazotasi karena adanya gugus amin primer bebas, metode titrasi asam basa karena dari struktur diatas sulfadiazine merupakan basa lemah dengan adanya gugus - SO2, Metode bromometri karena adanya inti benzene dan metode argentometri karena dapat membentuk garam perak yang sukar larut.
Akan tetapi sebelum dilakukan uji kuantitatif dilakukan uji kualitatif (identifikasi)
ANALISIS KUALITATIF SULFONAMIDA
A. Reaksi Umum sulfonamida
1. Reaksi korek api
Zat ditambahkan HCl encer, kemudian ke dalamnya dicelupkan batang korek api, timbul warna jingga intensif-kuning jingga.
2. Reaksi diazo
Zat (±10mg) dalam 2 tetes HCl 2 A lalu ditambah dengan 1 ml air. Pada larutan ini ditambahkan 2 tetes diazo B (larutan 0,9% NaNO2) dan teteskan larutan 0.1 g β-naftol dalam 2 ml NaOH terbentuk warna jingga lalu merah darah.
3. Reaksi erlich (ρ-DAB HCl)
Sedikit zat padat pada pelat tetes lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi DAB HCl terbentuk warna kuning-jingga.
B. Reaksi spesifik Sulfadiazin
1. Reaksi vanillin
Di atas kaca objek 1 tetes H2SO4 p ditambahkan beberapa serbuk vanillin, setelah dicampur ditambah dengan zat, dipanaskan di atas nyala api kecil, warna dilihat di atas dasar putih. sulfadiazin tidak akan memberikan reaksi dengan vanilin
2. Reaksi dengan CUSO4
Zat dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu ditambah NaOH 2 tetes. Setelah dingin ditambah larutan CuSO4 1 tetes kemudian teteskan HCl encer sampai reaksi netrasl atau asam lemah dan jika positif sulfadiazine membentuk warna ungu
3. Reasi indofenol
Sebanyak 50-100 mg zat dilarutkan dalam 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu ditambah 2 tetes NaOH dan 2 ml larutan NaOCl atau kaporit kemudian ditambahkan 1 tetes fenol. Dan jika positif mengandung sulfadiazin membentuk warna merah tua
4. Reaksi Roux
Zat diletakkan di atas plat tetes kemudian ditambahkan 1 tetes pereaksi Roux, aduk dengan batang pengaduk. Dan jika positif mengandung
Sulfadiazin membentuk warna ungu - hijau biru
5. Reaksi denagn KBrO3
Di atas plat tetes, lebih kurang 10 mg zat ditambahkan 1 ml H2SO4 encer kemudian ditambah 1 tetes pereaksi KBrO3 jenuh. Dan jika positif mengandung sulfadiazine membentuk warna kuning jingga - coklat merah
6. Reaksi Kristal dengan aseton
Serbuk sampel ditetesi aseton di atas objek gelas akan membentuk Kristal yang bentuknya berbeda-beda.
7. Reaksi Parri
Serbuk sulfadiazin dilarutkan dalam alkohol, ditetesi pereaksi Parri dan ammonia akan membentuk warna ungu untuk sulfadiazin.
8. Analisa kualitatif dengan TLC
Alat dan bahan :
Sampel murni senyawa obat, plat silica gel F254 ukuran 20 X 20 yang telah dicuci denag air dan diaktivasi pada suhu 110°C selama 1 jam, garam-garam logam, pelarut dan pereaksi lainnya denagn grade analisis.
standar ;
10 mg senyawa murni dilarutkan dalam 1 ml pelarut (10% larutan ammonia pekat dalam aseton)
Sistem pelarut
Campuran etil asetat (90 ml), methanol (10 ml), digunakan untuk menjenuhkan chamber kromatografi (21 cm X 21 cm X 10 cm) dan untuk mengelusi plat. pelarut ini dibuat segar untuk tiap kali penggunaan.
Pereaksi :
Berikut adalah pereaksi yang dibuat segar untuk digunakan (I) larutan jenuh kupri asetat dalam methanol, (II) larutan jenuh cupri asetat dalam aseton, (III) larutan cupri sulfat 5 % dalam air, (IV) larutan kobalt nitrat 2% dalam air, (V) larutan serium sulfat 2% dalam air dengan 5 ml asam sulfat pekat, dan (IV) larutan nikel klorida 2% dalam air.
Metode :
1 µL contoh sulfadiazin ditotolkan pada plat TLC dan dikeringkan, kemudian dielusi dengan fase gerak. Penampakan dengan pereaksi larutan cupri sulfat dalam air jika plat disemprot dengan larutan NaOH 0,1N dan dikeringkan setelah diberi perlakuan dengan pereaksi.
2. ANALISA KUANTITATIF SULFONAMIDA
1. Metode Diazotasi
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk garam diazonium. Metode ini hampir digunakan terhadap sulfadiazin dan senyawa lain yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis primer.
Prosedur kerja :
Untuk analisa kuantitatif, sampel dilarutkan dalam asam mineral berlebih kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium nitrit. Titik akhir titrasi dapat ditunjukkan dengan :
- indikator dalam, terdiri dari campuran 5 tetes larutan tropeolin 00 0,1% dalam air dan 3 tetes larutan metilen biru 0,1% dalam air
- indikator luar yaitu pasta kanji-iodida
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
R NH2 + HNO2 R N⁺ Ξ N Cl ⁻ + 2H2O
2. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Metode titrasi bebas air digunakan pada sulfadiazin berdasarkan pada sifat asam dari gugus - SO2 - NH - sehingga dapat dititrasi sebagai basa. Pelarut yang dapat digunakan adalah alcohol, aseton, dimetil formamida dan butyl amin sedangkan sebagai titran digunakan larutan basa dalam air atau larutan Na metoksida. Prosedur kerja lebih kurang 250 mg contoh sulfadiazin yang ditimbang seksama dilarutkan dalam aseton netral, tambahkan 10 tetes campuran (0,025 bagian biru timol dan 0,075) bagian merah fenol yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air). Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
3. Metode Bromometri
Metode bromometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfadiazin dimana brom akan mensubstitusi sulfadiazine pada inti benzen. reaksi umum yang terjadi adalah sebagai berikut :
Br
H2N SO2 NH R + 2Br2 H2N SO2 NH R
Br
* Titrasi langsung
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5 g kalium bromide dan asam klorida pakat. Setelah itu dititrasi dengan larutan baku kalium bromat 0,1 N menggunakan indikator metal merah. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah.
* Titrasi tidak langsung
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5 g kalium bromide dan asam klorida pekat. Setelah itu ditambahkan 50 ml larutan baku kalium bromat 0.1 N hingga timbul warna kuning. Tambahkan segera 1 g kalium iodide lalu dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator kanji.
4. Metode Argentometri
Titrasi argentometri adalah fitrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Sulfadiazin membentuk garam perak yang tidak larut dalam suasana basa.
Prosedur kerja :
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam sedikit natrium hidroksida 0,1 N (sampai warna biru lemah dengan indikator timoftalein) dan encerkan dengan 50 ml air. Hilangkan warna biru tersebut dengan beberapa tetes asam sulfat 0,1 N. tambahkan 25 ml larutan perak nitrat baku 0,1 N. Setelah didiamkan di tempat gelap, endapan disaring. Asamkan filtrate dengan asam nitrat dan kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N dengan indikator besi (III) ammonium sulfat.
Khasiat dari sulfadiazin
Secara universal golongan sulfonamide seperti sulfadiazine dikenal sebagai antibiotik. Sulfadiazin menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur termasuk spesies yang telah resisten terhadap sulfonamide khususnya Ag-sulfadiazin. Ag-sulfadiazin juga digunakan untuk mengurang jumlah koloni mikroba dan mencegah infeksi luka bakar akan tetapi tidak dianjurkan untuk pengobatan luka yang besar dan dalam.
Mekanisme kerja umum dari sulfadiazine sebagai antibakteri adalah protozoa dengan menbentuk kompleks Zn(II) - sulfadiazin dimana sulfadiazin terkoordinasi secara bidentat terhadap atom pusat Zn2+ melalui atom NH sekunder dan N tersier.
Mekanisme kerja dari obat Ag-sulfadiazin yaitu Ag dilepaskan secara perlahan - lahan sampai mencapai kadar toksik yang selektif terhadap mikroba. Ag hanya sedikit diserap tetapi sulfadiazine dapat mencapai kadar terapi bila permukaan yang diolesi cukup luas. Umumnya sulfadaiazin tersedia dalam bentuk krem
Sulfadiazin juga berkhasiat terhadap disentri basiler, bahkan lebih efektif dibandingkan dengan kloramfenikol dan tetrasiklin. Sulfadiazin merupakan obat pilihan kedua untuk infeks saluran kemih. daya larutnya dalam kemih agak buruk (sering menyebabkan kristaluria) sehingga perlu diberikan Natrium bikarbonat 3 kali sehari 3 - 4 g dan minum air lebih kurang 1,5 liter sehari.
Efek samping
Walaupun jarang terjadi, efek sampingnya dapat berupa rasa terbakar, gatal dan erupsi kulit. Adapun gangguan lainnya yaitu nausea, gangguan lambung, menurunkan nafsu makan dan menimbulkan rasa pusing.
Penggunaan
Sulfadiazin digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi dengan jalan menghentikan proses produksi asam folat pada sel mikroorganisme. Akan tetapi pada umumnya digunakan untuk penyakit infeksi pada saluran urin.
Sulfadiazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Sulfadiazin merupakan turunan dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur
.
Kesimpulan
Sulfadiazin merupakan turunan dari sulfonamida yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur.
Dari struktur sulfadiazin secara kuantitatif dapat digunakan beberapa metode berdasarkan gugus fungsinya,
1. Metode diazotasi Dapat dilakukan karena adanya gugus amin primer bebas,
2. Metode titrasi asam basa karena dari struktur diatas sulfadiazin merupakan basa lemah dengan adanya gugus - SO2,
3. Metode bromometri karena adanya inti benzene dan
4. Metode argentometri karena dapat membentuk garam perak yang sukar larut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2000. Obat - Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Kompotindo
2. Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakoloi dan Terapi, edisi V. Jakarta : FK UI
3. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia adisi IV .Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Vogel .1985. Vogel’ Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro edisi V. Diterjamahkan oleh Setiono dan Pudaatmaka. PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
5. Day, R. A dan Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi V, diterjamahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjatmaka, Erlangga : Jakarta
6. http / www. google.com/ sulfadiazine
7. http / www. google.com/ efek sulfadiazine